SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karhutla Rohul Mengkhawatirkan, Pemadaman Terkendala Akses dan Krisis Air

Oleh Rio Narendra - Reporter
3 Menit Membaca
KARHUTLA - Seorang prajurit TNI sedang berusaha memadamkan kebakaran hutan dan lahan di kawasan Rokan Hulu, Riau pada 2023 lalu. Kini wilayah tersebut kembali dililingi titik api karhutla.Foto: Int

PASIRPENGARAIAN – Kabut asap mulai menyelimuti wilayah Rokan Hulu (Rohul), Riau, menyusul meluasnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lima kecamatan. Selama dua hari terakhir, bau asap mulai terasa di sejumlah wilayah sejak Jumat (18/7), meski belum mengganggu aktivitas warga secara langsung.

Data dari BMKG Pekanbaru menyebutkan, Rohul menjadi daerah dengan titik panas terbanyak di Riau, yakni 107 dari total 259 hotspot. Lokasi paling terdampak tersebar di Kecamatan Rambah, Rokan IV Koto, Rambah Samo, Bangun Purba, dan Kepenuhan.

Medan Sulit, Pemadaman Terkendala

Upaya pemadaman terus dilakukan, namun menghadapi tantangan berat di lapangan. Akses yang sulit serta minimnya sumber air menjadi kendala utama, terutama di kawasan perbukitan Rokan IV Koto dan Rambah.

“Kami khawatir api semakin meluas karena angin kencang dan kondisi tanah yang kering,” ujar Boy Arta, SIP, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Rohul, Sabtu (19/7).

Ia menambahkan, permintaan bantuan helikopter water bombing telah diajukan, namun armada masih dalam perawatan.

Kapolres Rohul, AKBP Emil Eka Putra, memimpin langsung tim gabungan yang terdiri dari Polres, TNI, BPBD, dan DLHK. Mereka hanya mengandalkan peralatan terbatas seperti pompa punggung dan harus berjalan kaki menembus jalur terjal yang tidak bisa dilalui kendaraan.

“Kami akan proses hukum pelaku pembakaran lahan. Ini serius,” tegas Emil, yang juga membagi tim ke sejumlah desa terdampak sambil mengimbau warga untuk menghentikan praktik membuka lahan dengan api.

Diduga Pembakaran Dilakukan dengan Sengaja

Sejumlah warga menduga bahwa kebakaran sengaja dilakukan untuk membuka kebun sawit. Asap mulai menggantung di langit Pasirpengaraian dan udara terasa makin sesak.

“Sudah hampir sepekan asap dari perbukitan ini menyelimuti kota. Kami minta pelakunya ditangkap,” kata Budi (45), warga setempat.

Karhutla Terjadi dari Kampar hingga Kuansing

Di wilayah perbatasan Riau-Sumbar, tepatnya di Nagari Tanjung Pauh, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, tim gabungan berhasil memadamkan karhutla seluas dua hektare. Lokasi ini masuk wilayah hukum Polres Kampar.

“Jenis lahan terbakar adalah semak dan kebun sawit. Pemilik lahan masih diselidiki,” ujar Kapolres Kampar, AKBP Boby Putra Ramadhan S.

Sementara itu, Polres Kuantan Singingi mengamankan seorang warga berinisial SP (59) yang diduga membakar lahan miliknya sendiri. Ia ditangkap di Desa Pulau Kalimanting, Kecamatan Benai, dan mengakui perbuatannya saat diperiksa polisi.

Lonjakan Hotspot dan Kualitas Udara Memburuk

BMKG mencatat lonjakan signifikan titik panas di Riau dalam empat hari terakhir—dari 11 titik pada 15 Juli menjadi 259 titik pada 18 Juli. Cuaca panas dan tanpa hujan memperparah situasi, membuat api cepat menjalar.

Citra satelit mulai mendeteksi pergerakan asap ke arah Teluk Kemang, Malaysia, terdorong angin dari Tenggara ke Barat Laut. Di Pekanbaru, indeks kualitas udara (AQI) mencapai 104, masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.

BMKG mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan dalam bentuk apapun karena potensi kebakaran sangat tinggi. (woke4)

Bagikan Berita Ini