SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rayyan Arkhan Dhika: Bocah Pacu Jalur yang Menolak Dubai

Membawa Tradisi Kuansing ke Panggung Dunia

Oleh Rio Narendra - Reporter
4 Menit Membaca
Gubernur Riau Abdul Wahid dan jajaran bersama Rayyan Arkan Dikha melakukan gerakan tari Pacu Jalur Kuansing, di halaman Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru, beberapa waktu lalu.

Simbol Identitas Kuansing di Balik Aura Farming

Fenomena aura farming hanyalah pintu. Akar gerakan Dhika tetap bersumber dari tradisi Pacu Jalur, warisan yang telah turun-temurun di Kuantan Singingi. Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung, tapi ritual merawat kebersamaan kampung, menjaga sungai, dan menegaskan jati diri masyarakat Melayu.

Itulah yang membuat viralnya Dhika tak terasa berlebihan di mata warga Kuansing. Di balik tepuk tangan penonton, mereka melihat Anak Coki kecil yang dengan berani berdiri di haluan, menantang derasnya sungai.

Karena itu, Gubernur Riau, Abdul Wahid, pun tak ragu menetapkan Dhika sebagai Duta Pariwisata Riau. Status ini seolah meneguhkan bahwa anak kampung pun bisa berdiri sejajar di panggung dunia — asalkan tetap memeluk akar budaya.

“Sering juga terjatuh ke sungai dari perahu, untung pandai berenang,” Dhika bercerita, disambut tawa penonton sidang media. Kebiasaan jatuh justru menempanya makin tangguh.

Lucunya, di tengah derasnya sorotan kamera, Dhika masih punya cita-cita sederhana. Saat ditanya soal masa depannya, jawabannya tak serumit itinerary ke Dubai atau kerjasama internasional.

“Saya mau tetap jadi Anak Coki. Tapi nanti juga mau jadi tentara atau kalau bisa, jadi Gubernur juga,” katanya sambil tersenyum kecil.

Tak ada kata-kata muluk. Tak ada keinginan mendadak jadi selebritas global. Semua mengalir seperti sungai Kuantan — tenang tapi kuat. Popularitas hanyalah tamu. Tradisi adalah rumahnya. (woke6)

Bagikan Berita Ini