Aura Farming bawa Pacu Jalur Jadi Trend Global

Tradisi Pacu Jalur kini semakin mendunia lewat fenomena “aura farming” di media sosial. Gerakan sederhana para togak luan (penari di haluan perahu), terutama saat Rayyan Arkan Dikha tampil viral dalam balapan 2025, memicu reaksi dari pesohor dunia seperti Neymar, Alex Albon, dan klub-klub elite Eropa. Tren ini membawa Pacu Jalur ke panggung global, dipopulerkan lewat platform seperti TikTok dan Instagram, serta diulas sebagai bentuk baru promosi budaya digital .
Fungsi Sosial Generasi Muda dalam Tradisi
Penari cilik bermain peran vital. Dalam tradisi ini, togak luan bukan hanya hiburan visual, tetapi simbol keberanian dan regenerasi. Anak-anak berusia 8–13 tahun dipercaya memancarkan energi yang mengharmoniskan tim pendayung, sekaligus memberi semangat—menjadi representasi masa depan Pacu Jalur.
Rayyan Arkan Dikha, yang viral dengan tariannya, bahkan diangkat sebagai duta pariwisata Pemerintah Riau dan menerima beasiswa sebagai pengakuan atas kontribusi kulturalnya.
Konten Kreator Lokal Ikut Turun Tangan

Di samping konten viral global, aktor utama penyebaran budaya lokal adalah kreator digital di Kuansing. Mereka merekam—dari persiapan ritual, proses pembuatan jalur, hingga detik-detik lomba—mengemasnya dalam narasi yang segar. Akun seperti @kuantanesia, @pacujalur_net, dan @pacu.jalur.story kerap menginspirasi komunitas muda untuk turut serta mempromosikan tradisi mereka secara organik.
Kreator lokal menjadi ujung tombak pelestarian, memadukan edukasi dan estetika dalam sekali paket konten yang menarik dan mudah diakses.
Sisi Spiritual di Balik Panggung Media

Foto: Detik
Meski tampak modern, Pacu Jalur tetap dibingkai dimensi spiritual. Ritual adat seperti pemilihan kayu dan prosesi semoh hingga maelo jalur terus dijalankan. Para togak luan juga dipersiapkan secara khusus—mengasah keseimbangan dan keberanian agar mampu berdiri di haluan perahu sepanjang 1 kilometer saat jalur melaju kencang.
Menurut narasumber ahli, tarian itu adalah puncak ekspresi harmoni antara manusia, alat, dan alam—gerak yang memadukan seni, spiritualitas, dan keberanian dalam satu momen singkat.
Sempat Diklaim Malaysia

Popularitas Pacu Jalur tidak luput dari klaim budaya pihak lain. Seminggu terakhir muncul klaim bahwa tradisi ini milik Malaysia. Kepala Dinas Pariwisata Riau bersikeras bahwa Pacu Jalur adalah warisan budaya asli Kuansing, resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda RI sejak 2014, dan pihaknya akan menegaskan ini di kancah internasional.
“Kami memahami dinamika media sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa pacu jalur adalah warisan budaya asli Indonesia, spesifiknya dari Kuantan Singingi, Riau,” ujar Kadispar Riau menjawab klaim ini.
Reaksi internasional terhadap togak luan juga positif. Selebrasi ala Neymar, parodi dari Steve Aoki, hingga video dari Bastille Day menunjukkan Pesona “Aura Farming” telah melintasi batas budaya dan mencuri hati lintas negara yanng tonton.
Tahun 2025 menandai era baru Pacu Jalur. Ini menjadi tradisi lokal yang melebur dengan strategi digital. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat telah menetapkan strategi promosi melalui media sosial dan platform budaya resmi. Konten kreatif, paket perjalanan digital, dan komunitas budaya menjadi alat untuk memperkuat narasi tradisional di dunia modern . (woke1)