Pacu Jalur bukan sekadar tradisi, tetapi kompetisi yang dijalankan dengan kedisiplinan tinggi. Di balik gemuruh sorakan penonton dan hentakan dayung di Sungai Kuantan, tersimpan serangkaian aturan teknis yang ketat, sistem eliminasi yang rapi, serta pembagian peran yang mencerminkan filosofi kolektif masyarakat Kuansing.
Jalur: Panjang, Padat, dan Sakral

Perahu yang digunakan dalam lomba Pacu Jalur disebut “jalur”. Panjangnya bervariasi, mulai dari 25 hingga 40 meter, dan dibuat dari satu batang pohon utuh tanpa sambungan. Kayu yang dipakai umumnya berasal dari hutan adat dan harus dipilih melalui ritual khusus. Proses pembuatan jalur tidak hanya mempertimbangkan kekuatan fisik kayu, tetapi juga unsur spiritual yang diyakini mempengaruhi performa di arena lomba.
Setiap jalur dapat diisi oleh 40 hingga 60 orang. Pembagian tugas dalam satu tim sangat terstruktur dan berperan penting dalam menentukan kecepatan serta stabilitas jalur selama bertanding.
Teknis Pacu Jalur
Pembagian Peran dalam Tim

Pendayung (Anak Pacu): Tulang punggung tim yang bertugas mengayuh perahu secara serentak dan ritmis.
Togak Luan: Anak kecil berusia 8–13 tahun yang berdiri di haluan. Ia berperan memberi semangat dan menjadi penanda visual keunggulan jalur. Aksi tarinya kerap jadi perhatian utama penonton.
Timbo Ruang: Berada di tengah jalur. Tugasnya memberi komando serta membuang air yang masuk ke dalam perahu.
Tukang Onjai: Bertugas di buritan. Ia menjaga keseimbangan perahu dan mengatur arah laju jalur.
Concang atau Pemandu Irama: Mengatur aba-aba agar seluruh pendayung mendayung secara harmonis.
Setiap posisi memiliki makna filosofis dan menggambarkan tatanan sosial masyarakat. Jalur yang menang bukan hanya yang paling kuat, tetapi juga yang paling kompak.
Format Perlombaan

Foto: Antara
Lomba Pacu Jalur umumnya menggunakan sistem gugur. Dua jalur akan saling berhadapan dalam satu sesi lomba. Jalur yang lebih cepat mencapai garis akhir akan lolos ke babak berikutnya.
Lintasan lomba berada di Sungai Kuantan dengan panjang sekitar 800 hingga 1.000 meter. Batas lintasan ditandai dengan tiang atau pelampung, memastikan tiap jalur tetap berada di jalur yang telah ditentukan.
Sebelum hari perlombaan, panitia menggelar pengundian untuk menentukan lawan, posisi jalur, serta urutan pertandingan. Suasana pengundian ini kerap dimanfaatkan anak-anak untuk menjual daftar hasil undian kepada penonton sebagai souvenir khas.
Start lomba ditandai dengan dentuman meriam atau peluit panjang. Setelah itu, semua bergantung pada ketepatan irama, kekuatan mendayung, dan strategi tim.
Strategi, Latihan, dan Persiapan
Persiapan lomba dimulai jauh hari sebelum hari H. Tim-tim dari berbagai desa melatih pendayung mereka selama berminggu-minggu. Jalur dipoles, diuji coba di sungai, dan dikondisikan agar ringan, stabil, dan cepat. Latihan dilakukan rutin pagi dan sore, terutama mendekati jadwal festival.
Seluruh proses diselimuti nuansa kebersamaan dan gotong royong. Pembuatan jalur dilakukan secara kolektif oleh masyarakat desa, dari pencarian kayu di hutan, prosesi adat, hingga pengerjaan jalur secara manual.
Dalam perlombaan, sinkronisasi gerakan adalah kunci. Aba-aba dari pemandu irama harus diikuti tepat waktu oleh seluruh pendayung. Jika satu orang meleset, ritme bisa rusak dan kecepatan jalur terganggu.
Pengamanan dan Penanganan Kesehatan
Dengan jumlah pendayung yang banyak dan lomba berlangsung di sungai, aspek keselamatan menjadi perhatian penting. Panitia menyiapkan speedboat dan tim penyelamat di sepanjang lintasan. Petugas medis juga disiagakan di beberapa titik tepian.
Jika ada peserta yang pingsan, kram, atau jatuh ke sungai, evakuasi dilakukan dengan cepat. Tim juga dibekali prosedur penanganan darurat sesuai standar perlombaan.
Hadiah dan Prestise

Pacu Jalur bukan hanya tradisi, tetapi juga ajang prestise. Jalur yang menang akan membawa pulang hadiah uang tunai dalam jumlah besar, ditambah kehormatan sebagai wakil kampung yang berjaya. Pada Festival Pacu Jalur 2024, misalnya, total hadiah yang disiapkan mencapai Rp575 juta. Jumlah ini kemungkinan bertambah pada tahun 2025, seiring meningkatnya dukungan sponsor dan perhatian nasional.
Lebih dari itu, kemenangan dalam Pacu Jalur sering kali menjadi sumber kebanggaan kolektif desa, bahkan menjadi catatan sejarah kampung.