PEKANBARU – Musim kemarau kian terasa di Kota Pekanbaru, dan bersama itu, potensi bencana karhutla (kebakaran hutan dan lahan) terus membayangi. Sejak awal 2025, sudah tercatat 30 kejadian kebakaran lahan, dengan total luas yang terbakar mendekati 11 hektare.
Tiga kecamatan seperti Bina Widya, Rumbai, dan Bukit Raya tercatat paling rentan dan masuk kategori zona merah.
“Ini kebakaran lahan lumayan banyak. Kami imbau para camat dan lurah agar menjadikan ini atensi serius,” tegas Zarman Candra, Kepala Pelaksana BPBD Kota Pekanbaru, Sabtu (19/7/2025).
Status Siaga Masih Berlaku
Pemerintah Kota Pekanbaru masih menetapkan status siaga kebakaran lahan. Kondisi ini menuntut seluruh perangkat wilayah, dari tingkat kecamatan hingga kelurahan, untuk lebih proaktif dalam upaya pencegahan.
BPBD menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi langsung ke masyarakat, terutama terkait larangan membakar lahan saat membuka kebun atau ladang.
“Kami minta jajaran di bawah aktif mengajak masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar,” ujar Zarman.
Cuaca Kering, Tapi Ada Hujan: Kemarau Basah Bukan Berarti Aman
Meski Pekanbaru berada dalam fase kemarau basah — yaitu kemarau yang masih diselingi hujan — kondisi tanah yang cepat kering dan suhu udara yang tinggi membuat lahan gambut tetap rentan terbakar.
Zarman mengingatkan bahwa saat ini adalah puncak musim kemarau, dan satu titik api yang tak terkendali bisa meluas dalam hitungan jam jika tidak segera ditangani.
Pekanbaru tidak Aman Karhutla
Karhutla di Pekanbaru bukan peristiwa baru. Namun fakta bahwa kebakaran terus terjadi tiap tahun menunjukkan bahwa penindakan saja tidak cukup. Pencegahan berbasis masyarakat harus terus menjadi prioritas.
BPBD kini memperkuat sinergi dengan aparat kecamatan, kelurahan, dan tokoh masyarakat setempat untuk mendorong peran aktif warga dalam pengawasan dan pelaporan dini.
Dengan hampir 11 hektare lahan yang sudah hangus hanya dalam enam bulan pertama 2025, alarm bahaya telah berbunyi keras. Jika pembukaan lahan secara ilegal dan pembiaran terus berlanjut, bukan tidak mungkin kabut asap kembali menjadi momok. Jadi, bagaimana wak? (woke4)