PEKANBARU — Kepungan asap kembali menyelimuti sejumlah kawasan di Provinsi Riau setelah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menjalar di berbagai lokasi. Dalam beberapa hari terakhir, titik-titik api bermunculan di tujuh wilayah berbeda, menandai meningkatnya ancaman selama puncak musim kemarau.
Daerah yang terdampak meliputi Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, Kampar, Rokan Hulu, dan Siak, dengan lokasi spesifik antara lain Bangko Sempurna, Teluk Bano, Petani, Bagan Keladi, Rimbo Panjang, Tapung Jaya, dan Lalang.
Dalam kondisi ini, ratusan personel gabungan dari Manggala Agni, BPBD, TNI, dan Polri dikerahkan untuk melakukan pemadaman. Namun, situasi di lapangan tak mudah. Akses terbatas, minimnya pasokan air, serta cuaca panas yang disertai angin kencang membuat upaya pengendalian api menjadi penuh tantangan.
“Kami bersama tim gabungan terus berupaya maksimal memadamkan api. Namun, cuaca yang sangat panas, angin kencang, serta sulitnya mendapatkan sumber air menjadi kendala utama di lapangan,” ujar Edwin Putra, Koordinator Manggala Agni Daops Pekanbaru, Minggu (20/7/2025).
Beberapa titik kebakaran bahkan berada tak jauh dari kawasan permukiman dan kebun masyarakat. Untuk mencegah api merambat, penyekatan lahan dilakukan secara manual maupun dengan bantuan alat berat. Upaya pemadaman juga dilakukan dengan pompa air dan patroli udara.
“Kami juga terus melakukan patroli udara untuk memantau titik-titik baru. Di beberapa lokasi, kondisi sangat kering sehingga api cepat membesar dan menjalar,” tambah Edwin.
Selain fokus memadamkan, tim di lapangan juga sedang melakukan pendinginan untuk memastikan bara api benar-benar padam dan tak kembali menyala. Edwin mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan pembakaran, mengingat kondisi saat ini sangat rawan.
“Kami minta kerja sama masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Situasi sangat rawan, dan satu percikan api saja bisa meluas dengan cepat,” katanya.
Pemerintah Provinsi Riau sendiri telah menetapkan status siaga darurat Karhutla sejak awal musim kemarau tahun ini, membuka ruang bagi koordinasi lintas instansi dan percepatan bantuan penanggulangan.
Lonjakan Karhutla kali ini menjadi alarm serius, mengingat pada waktu yang hampir bersamaan kualitas udara di Pekanbaru tercatat tidak sehat. Sejumlah warga mulai mengeluhkan sesak napas dan iritasi mata akibat kabut asap. Situasi ini menandakan urgensi koordinasi lebih ketat antarwilayah serta langkah penegakan hukum terhadap pembakar lahan, baik individu maupun korporasi. (woke6)