SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika Asap Memburuk di Riau, Ketua DPRD Minta Liburkan Sekolah: “Jangan Tunggu Korban Jatuh”

Status tanggap darurat diberlakukan, DPRD dorong keputusan cepat demi lindungi kesehatan anak-anak.

Oleh Ferdi Putra - Reporter
4 Menit Membaca
DARURAT KARHUTLA - Ketua DPRD Riau, Kaderismanto, meminta agar aktivitas sekolah diliburkan jika kondisi udara akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terus memburuk.

PEKANBARU – DPRD Riau mendesak pemerintah daerah mengambil langkah tegas terkait dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang semakin meluas. Ketua DPRD Riau, Kaderismanto, menyoroti buruknya kualitas udara yang kini mulai mengancam kesehatan warga, terutama anak-anak sekolah. Ia menegaskan, jika situasi terus memburuk, seluruh sekolah di wilayah terdampak harus segera diliburkan.

Kondisi ini menyusul status Tanggap Darurat Karhutla yang telah diberlakukan di Riau. Menurut Kaderismanto, kebijakan cepat dan terukur harus diambil, tanpa menunggu jatuhnya korban terlebih dahulu.

“Seperti di Rokan Hulu dan Rokan Hilir, asap semakin tebal dan kualitas udara terus menurun. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya anak-anak tidak dipaksakan untuk bersekolah,” ujarnya saat ditemui wartawan pada Rabu (23/7/2025).

Kesehatan Anak Harus Jadi Prioritas

Politisi PDI Perjuangan itu menegaskan, kesehatan anak-anak tidak bisa ditawar dalam situasi darurat seperti sekarang. Paparan asap Karhutla telah terbukti menimbulkan gangguan serius pada saluran pernapasan dan organ vital lainnya, terutama bagi anak-anak, lansia, serta ibu hamil yang tergolong kelompok rentan.

“Kalau tidak segera ditangani, ini akan berdampak panjang pada kesehatan generasi muda kita,” kata Kaderismanto dengan nada prihatin.

Ia juga menyoroti lambannya reaksi beberapa daerah dalam menyikapi penurunan kualitas udara. Pemerintah daerah diminta tidak hanya mengandalkan laporan dari atas, tetapi aktif memantau kondisi di lapangan dan mendengar keluhan masyarakat.

Respons Daerah dan Apresiasi untuk Rohul

Sebagai langkah awal yang patut dicontoh, Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) telah lebih dulu meliburkan kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah. Langkah ini diapresiasi oleh Kaderismanto, yang mendorong kabupaten/kota lain di Provinsi Riau untuk bersikap serupa bila kabut asap terus meningkat.

“Jangan sampai kita menunggu korban jatuh dulu baru bertindak. Pencegahan lebih baik daripada penyesalan,” tegasnya.

Menurutnya, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan di seluruh kabupaten/kota harus sigap, aktif melakukan pemantauan berkala terhadap indeks kualitas udara, serta menjalin koordinasi dengan BPBD dan Satgas Karhutla.

Satgas dan Pemerintah Diminta Bertindak Nyata

Kaderismanto juga menyoroti perlunya keseriusan semua elemen dalam upaya penanggulangan Karhutla, termasuk koordinasi yang kuat antara pemerintah daerah, aparat keamanan, dunia usaha, hingga masyarakat. Ia menekankan bahwa status Tanggap Darurat tidak boleh berhenti pada tataran administratif, tapi harus disertai aksi nyata di lapangan.

“Semua pihak harus berperan aktif. Jangan biarkan bencana ini menjadi rutinitas tahunan tanpa penyelesaian yang konkret,” ujar Kaderismanto.

Ia juga mengingatkan agar praktik pembukaan lahan dengan cara membakar segera dihentikan, karena terbukti memberikan dampak besar yang merugikan lingkungan dan kehidupan warga.

Jangan Anggap Sepele, Ini Dampak Nyata Kabut Asap

Kaderismanto mengingatkan bahwa kabut asap bukan sekadar gangguan visual atau polusi biasa. Dampaknya jauh lebih luas dan mengancam. Berdasarkan data dan pengamatan di lapangan, berikut beberapa dampak utama kabut asap Karhutla:

  • Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA): Penyakit ini menjadi dampak paling umum, terutama menyerang anak-anak, lansia, dan ibu hamil yang lebih rentan terhadap partikel halus dari asap.
  • Kambuhnya Penyakit Kronis: Penderita asma dan bronkitis sangat rentan mengalami kekambuhan, bahkan bisa memburuk secara drastis.
  • Iritasi Fisik: Banyak warga mengeluhkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan akibat paparan asap dalam waktu lama.
  • Risiko Jantung dan Imunitas: Paparan asap yang berkelanjutan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung serta menurunkan sistem kekebalan tubuh.

Dengan tingginya risiko tersebut, Kaderismanto menilai penutupan sementara sekolah bukanlah keputusan berlebihan, melainkan langkah pencegahan yang perlu diprioritaskan.

Ajakan Bersama untuk Hadapi Karhutla

Menutup pernyataannya, Ketua DPRD Riau kembali menyerukan pentingnya solidaritas dan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi Karhutla. Ia meyakini bahwa solusi atas bencana tahunan ini hanya bisa dicapai jika semua pihak serius, mulai dari pemerintah hingga masyarakat akar rumput.

“Kita harus bergerak bersama. Jika hanya satu-dua pihak yang peduli, Karhutla ini akan terus menjadi cerita buruk yang berulang,” pungkasnya.

Bagikan Berita Ini