SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1.470 Anak di Pekanbaru Putus Sekolah, Program Pendidikan Gratis Jadi Harapan Baru

Oleh Rio Narendra - Reporter
6 Menit Membaca
Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho sedang berinteraksi dengan sejumlah pelajar, baru-baru ini.Foto: Ist

PEKANBARU – Pagi itu, Posyandu di salah satu kelurahan di Kecamatan Tenayan Raya tak seperti biasanya. Ruang tunggu yang biasanya diisi ibu-ibu menimbang bayi, kini dipenuhi orangtua bersama anak-anak mereka yang sebagian besar sudah beranjak remaja. Bukan untuk imunisasi atau cek kesehatan, melainkan untuk satu tujuan penting: mendaftarkan kembali anak mereka ke sekolah.

Hingga Ahad (10/8/2025), Pemerintah Kota Pekanbaru mencatat sudah ada 1.470 anak putus sekolah yang terdata dalam program bantuan pendidikan gratis. Program ini menjadi upaya serius untuk mengembalikan hak belajar bagi anak-anak yang terhenti pendidikannya, terutama akibat kendala biaya.

Kisah Pahit di Balik Tingginya Angka Putus Sekolah

Bagi Siti (38), seorang ibu rumah tangga, program ini seperti cahaya di ujung lorong gelap. Anak sulungnya, Rian, terpaksa berhenti sekolah setahun lalu karena sang suami kehilangan pekerjaan. Tunggakan biaya sekolah menumpuk, dan Rian tidak bisa mengambil rapornya.

“Waktu itu kami sudah putus asa. Saya takut anak saya tidak bisa lanjut sekolah,” kata Siti dengan mata berkaca-kaca. “Alhamdulillah ada program ini. Saya langsung daftar begitu dengar pengumuman dari Pak RT.”

Cerita Siti hanyalah satu dari ratusan kisah serupa yang mewarnai pendataan ini. Ada yang terpaksa membantu orangtua bekerja, ada pula yang berhenti sekolah karena harus merawat adik, hingga ada yang malu kembali ke sekolah setelah lama vakum.

Dari Posyandu Menuju Ruang Belajar

Pendataan dilakukan secara unik, yakni melalui Posyandu di setiap kelurahan. Cara ini terbukti efektif karena Posyandu adalah tempat yang akrab bagi warga. Para kader yang biasanya melayani pemeriksaan kesehatan kini menjadi garda terdepan menjaring anak putus sekolah.

“Kami berkeliling dari rumah ke rumah. Kadang harus membujuk orangtua supaya mau mendaftar,” kata Leni, salah satu kader Posyandu. “Ada yang malu, ada yang khawatir nanti anaknya diejek. Tapi kami jelaskan bahwa semua biaya ditanggung pemerintah.”

Wali Kota Pekanbaru, Agung Nugroho, menegaskan bahwa hari ini adalah batas akhir pendataan. Ia mengimbau semua warga yang anaknya putus sekolah untuk segera mendaftar.

“Kesempatan ini mencakup pendidikan formal dan paket A dan B. Semua gratis untuk anak-anak yang tidak mampu,” ujar Agung.

Solusi Ketiadaan Biaya

Kendala biaya menjadi alasan terbesar anak di Pekanbaru putus sekolah. Banyak dari mereka yang bersekolah di lembaga swasta harus berhenti karena tidak sanggup membayar iuran bulanan. Akibatnya, rapor dan ijazah mereka ditahan pihak sekolah.

“Bagi yang kesulitan mengambil ijazah atau rapor karena tunggakan, silakan lapor ke kelurahan. Kami akan bantu selesaikan bersama Dinas Pendidikan,” kata Agung.

Ia menegaskan, pendidikan adalah hak semua anak. Pemerintah tidak ingin ada yang tertinggal hanya karena masalah ekonomi.

Menjelang Detik Penutupan

Meski hari ini menjadi penutupan pendataan, kader Posyandu masih aktif bergerak di lapangan hingga sore. Agung memprediksi jumlah 1.470 anak itu bisa bertambah.

Sejak program ini diumumkan, warga menunjukkan antusiasme tinggi. Di beberapa titik, orangtua bahkan rela antre di Posyandu sejak pagi demi memastikan nama anak mereka masuk daftar.

Bagi banyak keluarga, program ini bukan hanya soal biaya, tetapi juga kesempatan kedua bagi masa depan anak. Dedi (42), seorang buruh harian, mengatakan putrinya sempat kehilangan semangat belajar setelah setahun tidak sekolah.

“Sekarang dia senang sekali dengar bisa sekolah lagi. Katanya mau jadi guru nanti,” ujar Dedi sambil tersenyum.

Pemko Pekanbaru berencana memantau perkembangan setiap anak yang kembali bersekolah melalui program ini. Tujuannya, memastikan mereka tidak kembali terputus di tengah jalan.

Putus Sekolah Masih Jadi Masalah Nasional

Fenomena anak putus sekolah bukan hanya terjadi di Pekanbaru. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ribuan anak di Indonesia setiap tahun terpaksa berhenti belajar, mayoritas karena faktor ekonomi.

Namun, inisiatif yang dilakukan Pemko Pekanbaru ini menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah dapat mengambil peran aktif. Menggunakan jaringan Posyandu untuk menjangkau langsung keluarga sasaran adalah terobosan yang jarang dilakukan.

Program ini memang berawal dari pendataan, tapi tujuan akhirnya adalah memastikan anak-anak kembali duduk di bangku sekolah. Pemko Pekanbaru menegaskan bahwa data 1.470 anak ini akan segera diproses agar bantuan pendidikan bisa diberikan secepat mungkin.

“Jangan sampai ini hanya jadi angka di laporan. Kami ingin setiap anak benar-benar kembali belajar,” kata Agung.

Kesempatan Terakhir Hari Ini

Bagi warga Pekanbaru, Ahad ini adalah momen penentuan. Setelah pendaftaran ditutup, pemerintah akan fokus memproses bantuan dan menyiapkan langkah pengembalian anak ke sekolah.

“Kalau belum mendaftar, segera datang ke Posyandu atau kelurahan. Jangan menunggu sampai kesempatan ini lewat,” tegas Agung.

Bagi Siti dan ratusan orangtua lain, program ini adalah awal baru. Bukan hanya untuk anak-anak mereka, tapi juga untuk harapan masa depan keluarga. “Saya cuma ingin anak saya punya masa depan lebih baik dari orang tuanya,” ucap Siti lirih. (woke3)

Bagikan Berita Ini