KAMPAR — Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali membara di Kabupaten Kampar, Riau, setelah jeda singkat akibat hujan beberapa hari lalu. Total lahan yang terbakar mencapai lebih dari 8 hektare hanya dalam dua hari.
Menurut laporan Pusdalops-PB Kampar, api pertama kali dilaporkan di Desa Pulau Birandang, Kecamatan Kampa, Rabu (30/7/2025) siang. Kepala Pusdalops, Adi Candra Lukita, menyatakan bahwa lahan yang terbakar adalah jenis semak belukar di atas tanah gambut.
“Kebakaran cukup sulit dikendalikan karena sifat gambut yang bisa menyimpan bara api di bawah permukaan,” jelasnya, Kamis (31/7). Luas lahan terbakar di lokasi ini diperkirakan sekitar 6,05 hektare, dan api baru bisa benar-benar dipadamkan pada malam hari.
Kebakaran Susulan di Salo
Sehari sebelumnya, dua titik kebakaran lain terjadi di Kecamatan Salo, masing-masing di Desa Siabu (2 ha) dan Desa Salo (0,25 ha), Selasa (29/7/2025). Meski hujan sempat mengguyur wilayah Kampar selama akhir pekan lalu, karhutla kembali terjadi hanya sehari setelah hujan tak turun.
Padahal, kondisi cuaca saat itu tergolong mendukung: berawan, suhu sekitar 26–27 derajat Celsius, dan kelembapan udara mencapai 92 persen. Namun, gambut yang kering sangat rentan terbakar, bahkan bisa menyala kembali dari bawah tanah, meskipun di permukaan terlihat aman.
Waspada Siklus Musiman
Kasus kebakaran beruntun ini kembali mengingatkan pentingnya antisipasi dini terhadap siklus musiman Karhutla di daerah dengan karakteristik gambut tinggi seperti Kampar. 8,3 hektare lahan hangus dalam waktu dua hari adalah angka yang signifikan, apalagi jika cuaca kering terus berlanjut.
Pemerintah daerah dan instansi terkait diminta untuk meningkatkan patroli dan edukasi kepada masyarakat. Larangan membakar lahan harus kembali ditegaskan, terutama kepada petani yang masih menggunakan metode tebas bakar saat membuka lahan.
Tantangan Pengendalian Karhutla
Kondisi tanah gambut memang menjadi tantangan tersendiri dalam pengendalian kebakaran. Selain api yang dapat menyebar secara horizontal di dalam tanah, proses pendinginan perlu waktu lama dan membutuhkan banyak air.
Hingga berita ini diturunkan, tidak ada laporan korban jiwa, namun dampak terhadap kualitas udara dan ekosistem lokal belum sepenuhnya terpantau. Tim pemadam masih terus melakukan pemantauan lanjutan untuk mencegah titik api baru. (woke3)