SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Pacu Jalur: Dari Sejarah hingga Perkembangan Terkini

Semua hal yang perlu kamu tahu tentang festival ini

M. Faheem Eshaq - Senior Editor Wartaoke.net
Oleh M. Faheem Eshaq - Senior Editor
25 Menit Membaca
PACU JALUR 2025 - Semua hal yang perlu kamu ketahui tentang budaya kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi, Riau ini.

PEKANBARU — Pacu Jalur bukan lagi sekadar perlombaan dayung tradisional di Sungai Kuantan, Riau. Tradisi yang telah berumur ratusan tahun ini kini mendunia, dikenal luas setelah tarian penari cilik di ujung perahu—dikenal sebagai togak luan—viral di media sosial global. Gerakan khas bocah itu, yang diiringi irama dayung timnya, memicu tren “aura farming” di TikTok dan diparodikan klub-klub besar dunia seperti PSG, AC Milan, hingga pembalap MotoGP Marc Marquez.

Dari aksi lokal yang terekam sederhana di atas air, Pacu Jalur menjelma jadi simbol budaya Indonesia yang menembus batas negara. Namun jauh sebelum menjadi tren global, Pacu Jalur telah menjadi denyut kehidupan masyarakat Kuantan Singingi. Ia tumbuh dari fungsi sederhana—sebagai alat transportasi sungai—menjadi tradisi penuh makna dan kebanggaan.

Sejarah

Perlombaan Pacu Jalur di Sungai Indragiri pada tahun 1927.
Perlombaan Pacu Jalur di Sungai Indragiri, tahun 1927. Sumber: The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies

Sebelum dikenal luas sebagai festival budaya bertaraf internasional, Pacu Jalur adalah cerita panjang tentang fungsi, nilai, dan semangat kolektif masyarakat sungai di pedalaman Sumatera.

Berawal dari Sarana Transportasi

Pacu Jalur memiliki akar panjang sejak abad ke-17. Jalur, perahu panjang dari kayu gelondongan utuh, dulunya adalah moda transportasi utama masyarakat Rantau Kuantan. Saat itu belum ada jalan darat. Jalur digunakan untuk mengangkut hasil pertanian seperti pisang dan tebu dari hulu ke hilir Sungai Kuantan. Satu jalur bisa memuat hingga 60 orang.

Namun fungsi jalur tak berhenti di situ. Seiring waktu, perahu ini mulai dihias dengan ornamen kepala binatang seperti ular, buaya, atau harimau. Haluan ditinggikan dan dihias dengan payung, selendang, dan pernak-pernik lain. Dari alat angkut biasa, jalur berubah menjadi simbol kebesaran—hanya kalangan bangsawan atau tokoh adat yang memilikinya.

Bertransformasi Jadi Lomba Tradisional

Perlombaan antar-jalur pertama kali digelar dalam konteks perayaan keagamaan. Hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi atau Idul Fitri kerap diisi dengan adu cepat jalur di kampung-kampung sepanjang sungai.

Memasuki masa kolonial, Belanda memanfaatkan tradisi ini dalam perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Lomba digelar selama dua hingga tiga hari, diikuti banyak jalur, dan menjadi hiburan rakyat yang ditunggu-tunggu.

Setelah kemerdekaan, lomba dialihkan menjadi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Sejak itu, Pacu Jalur ditetapkan sebagai festival tahunan setiap bulan Agustus di Teluk Kuantan, dan terus berkembang menjadi perhelatan budaya berskala besar.

Tercatat Sejak 1903, Dipadati Ribuan Orang

image 3
Festival Pacu Jalur dan ramainya para penonton di daerah Taluk Kuantan, sekitar awal tahun 1900-an. | Arsip Nasional

Dokumen lokal menyebutkan Pacu Jalur sudah berlangsung sejak 1903. Kala festival digelar, Teluk Kuantan berubah total. Jalanan macet oleh arus manusia, pelataran rumah penuh oleh tamu perantau, dan suara sorak sorai menggema di sepanjang sungai.

Festival ini bukan hanya soal adu cepat di air. Di darat, berbagai pertunjukan seni tradisional seperti Randai Kuansing, tari daerah, hingga Pekan Raya UMKM meramaikan suasana. Pacu Jalur berkembang menjadi ikon budaya yang merangkul banyak aspek kehidupan masyarakat: sosial, ekonomi, hingga spiritual.

Pengakuan Resmi dan Status Budaya

image 5 edited
Pacu Jalur, warisan budaya yang telah berumur lebih 100 tahun.

Pada 2014, Pacu Jalur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Status ini memperkuat upaya pelestarian tradisi dan menjadikannya bagian dari narasi budaya nasional.

Pemerintah Kabupaten Kuansing terus melakukan berbagai langkah untuk memperkuat posisi Pacu Jalur, mulai dari regulasi pelestarian kayu jalur, pembinaan jalur-jalur kampung, promosi pariwisata, hingga penyelenggaraan festival yang terintegrasi dengan agenda provinsi dan kementerian.

Makna Filosofis dan Sosial

Bagikan Berita Ini