JAKARTA — Langkah-langkah pengunjung terdengar bergema di aula besar Gedung Kesenian Jakarta pada Selasa pagi, 5 Agustus 2025. Meja-meja pameran berderet rapi, masing-masing dihiasi warna dan aroma yang menggoda. Ada donat yang baru keluar dari penggorengan, keripik singkong dengan baluran bumbu pedas, telur bebek asin yang mengilat, dan puding cream cheese dengan lapisan manis yang mengundang selera. Di sudut lain, busana batik hasil jahitan tangan dan kerajinan unik dari bahan daur ulang menarik perhatian.
Semua produk ini lahir dari tangan-tangan kreatif pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) penyandang disabilitas, peserta Bazaar Pentas Seni Penyandang Disabilitas yang digelar Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta pada 5–6 Agustus 2025. Kegiatan yang memadukan pameran dagang dan hiburan ini menjadi ruang khusus bagi pelaku usaha disabilitas untuk memasarkan produk, membangun jaringan, dan membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk berkarya.
Sepuluh Peserta, Beragam Latar Belakang

Sebanyak sepuluh pelaku usaha disabilitas tampil pada bazaar ini. Mereka merupakan binaan program Jakpreneur Dinsos DKI Jakarta, yang melibatkan panti sosial dan pelaku usaha perseorangan. Peserta berasal dari:
- Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Budi Bhakti 1
- Panti Sosial Bina Netra Rungu Wicara (PSBNRW) Cahaya Batin
- Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Belaian Kasih
- UILS Meruya
- Usaha perseorangan seperti Karina The Kitchen, Rizka Cake and Cookies, Mei Kitchen, Ratna Dewi Toko Devan, Belidiadi, dan Rohmandow
Masing-masing peserta membawa ciri khas. Karina The Kitchen menawarkan nasi bakar dengan rempah pilihan, sementara Rizka Cake and Cookies memikat pengunjung dengan aroma kue kering dan bolu kukus. Ada pula Belidiadi yang menjajakan produk kerajinan berbahan rotan, dan Ratna Dewi Toko Devan yang menyediakan kebutuhan rumah tangga terjangkau.
Bukan Sekadar Jualan

Bagi para peserta, bazaar ini lebih dari sekadar kesempatan berjualan. Ini adalah panggung untuk menunjukkan kemampuan, membangun percaya diri, dan memperluas pasar.
“Kami ingin memberikan ruang bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan, memasarkan produk, sekaligus memperluas jejaring usaha,” kata Kepala Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial Dinsos DKI Jakarta, Dewi Aryati Ningrum, seperti dikutip dari https://dinsosri.id/.
“Melalui program Jakpreneur, kami percaya penyandang disabilitas juga dapat menjadi wirausaha yang tangguh.”
Kepala Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial Dinsos DKI Jakarta, Dewi Aryati Ningrum
Tak hanya berjualan, para peserta juga saling bertukar pengalaman. Ada yang berbagi trik memasarkan produk lewat media sosial, ada pula yang saling memberi tips efisiensi produksi. Suasana kekeluargaan terasa kental, meskipun mereka juga bersaing memikat hati pembeli.
Pentas Seni Menghidupkan Suasana

Bazaar ini bukan sekadar transaksi ekonomi. Selama dua hari, panggung yang berdiri di tengah aula menampilkan pentas seni dari komunitas penyandang disabilitas. Musik, tarian tradisional, hingga seni pertunjukan modern ditampilkan dengan megah dan luar biasa.
Tepuk tangan riuh mengiringi setiap penampilan. Penonton bukan hanya menikmati hiburan, tapi juga memberikan dukungan moral kepada para pengisi acara. Seorang pengunjung, Siti Maryam (45), mengaku terkesan dengan gelaran seni tersebut.
“Bukan cuma produk mereka yang bagus, tapi penampilan mereka juga membanggakan. Semangatnya luar biasa,” ujarnya.
Jakpreneur: Kolaborasi untuk Kemandirian

Program Jakpreneur adalah inisiatif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dirancang untuk mendorong wirausaha melalui pelatihan, pendampingan, dan akses pasar. Bagi Dinas Sosial, sasaran khususnya adalah kelompok rentan seperti penerima manfaat bantuan sosial dan penyandang disabilitas.
Dalam konteks UMKM disabilitas, program ini memberikan dukungan mulai dari pelatihan keterampilan, bantuan peralatan, hingga fasilitasi keikutsertaan dalam pameran. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Jakarta mencapai ratusan ribu orang, dan banyak di antaranya memiliki potensi keterampilan yang bisa dikembangkan menjadi usaha produktif.
Menurut catatan Dinsos DKI Jakarta, sejak 2022, lebih dari 300 UMKM disabilitas telah terdaftar dalam program Jakpreneur. Sebagian besar bergerak di sektor kuliner, disusul kerajinan, fesyen, dan jasa. Meski jumlahnya masih kecil dibanding total UMKM Jakarta, kontribusi mereka semakin terlihat, terutama dalam acara-acara tematik seperti bazaar ini.
Namun, tantangan yang dihadapi tak sedikit. Akses modal yang terbatas, jaringan distribusi yang belum luas, dan hambatan transportasi untuk mengirim produk terus menjadi dinamika yang perlu perhatian serius. Kiranya itulah alasan kenapa kegiatan seperti bazaar ini menjadi penting. Melalui media ini, pelaku usaha dapat membuka pasar langsung ke konsumen tanpa perantara.
Dewi Aryati menegaskan bahwa dukungan masyarakat sangat berarti. “Setiap pembelian produk mereka adalah dukungan nyata bagi kemandirian penyandang disabilitas,” ujarnya.
Masyarakat dapat membantu dengan membeli produk, mempromosikannya di media sosial, atau bahkan menjalin kerja sama distribusi.
Pemprov DKI melalui Jakpreneur juga membuka pendaftaran daring untuk pelaku usaha yang ingin menjadi bagian dari program. Calon peserta bisa mendaftar melalui laman resmi Jakpreneur atau menghubungi pendamping PKT di setiap Suku Dinas Sosial. Informasi dan perkembangan program juga dapat dipantau melalui website https://dinsosri.id/.
Bazaar ini diharapkan bukan hanya menjadi acara tahunan, tetapi juga model pemberdayaan yang dapat direplikasi di tingkat kota dan kabupaten lain. Dengan dukungan regulasi, pasar, dan pendampingan yang konsisten, UMKM disabilitas bisa tumbuh setara dengan pelaku usaha lainnya. (woke1)