PEKANBARU, WARTAOKE.NET
Madani oh Madani… Semboyan yang indah namun tidak seindah kota nya dikala hujan turun. Jika beberapa hari kemarin jalan protokol alami banjir, kali ini yang ketiban sial dialami warga Jl KH. Ahmad Dahlan. Selasa, (25/10/21)
Debit air yang menggenangi jl. KH Ahmad Dahlan hampir sama dengan yang dialami di Jl. Jendral Sudirman, Jl. Arifin Ahmad, serta Jl. Tuanku Tambusai Pekanbaru.
Salah seorang warga yang ditemui terkait banjir langganan ini hanya diam tak berkutik dan mengatakan, “hanya walikota, Tuhan dan alam lah yang tahu apa yang diperbuat si walikota terganteng itu selama menjabat.
Banjir begini bagaimana saya bisa katakan rumah saya aman saja, habis banjir terbitlah lumpur. Itu itu saja yang harus saya antisipasi setiap musim hujan. Dia mah enak, rumahnya ada pembantu, dapat fasilitas negara, bermobil, tukang payung lengkap, saya?? Boro boro.. minta tolong ke suami bantu ngepel habis banjir pun suami ogah. Derita dan nasib warga Pekanbaru ini,” ucap si ibu yang diketahui sebagai tukang parkir disalah satu swalayan.
Kembali Hasanul Arif sebagai aktivis banjir angkat suara mengenai banjir dan kinerja Trio Sekawan (Firdaus, Ayat Cahyadi dan Indra Pomi).
“Astaghfirullah, hujan sebentar tapi efeknya luar biasa. Kalau dari banjir warga mendapatkan bongkahan berlian, kita bersyukur. Ini dapat susah. Mereka yang Trio Sekawan Serangkai itu kerjanya apa??
Mana pasukan Kuning yang dulu digadang-gadang sebagai Pasukan Hebatnya?!? Amnesia atau mau meraup keuntungan pribadi??
Warga bayar gaji mereka dari pajak, tapi hak warga digadaikan demi keuntungan perutnya. BerTuhan tidak mereka bertiga itu?!,” tukasnya geram.
Saat kru menyampaikan keluh kesah si ibu, Bung Arif hanya bisa gertak gigi dan mengatakan sangat prihatin.
“Biaya pembersih gorong-gorong besar, sewa alat berat angkut sampah besar, bayar gaji Pasukan Kuning besar, namun hasilnya kosong.
Pak walikota yang terhormat, bapak pernah merasakan miskin tidak? Pernah merasakan rumah kebanjiran?? Atau sudah buta mata buta hati nurani, amnesia bulanan, atau masa bodo karena masa jabatan akan berakhir?!
Ingat pak, untuk memangku jabatan itu disumpah di atas Kitab Suci, yang artinya satu kaki kita di neraka, satu lagi di surga. Jabatan, materi hanya sementara, doa warga yang terdzolimi itu bekal untuk pejabat yang hobi menindas orang.
Banjir bukan masalah sepele. Dana APBD Riau besar, untuk atasi banjir juga dikucurkan dana yang besar. Kami hidup di Pekanbaru tidak untuk menikmati banjir seperti bapak dan dua sejoli bapak itu, susah payah kami bayar kontrakan, sewa rumah, bayar cicilan rumah bukan untuk dinikmati lumpur si banjir. Bapak Trio Sekawan jika tidak bisa bekerja, ajukan surat pengunduran diri selesai,” tukasnya dengan geram.
Setiap hujan Banjir kota pekanbaru alami banjir, 9 tahun masa kepemimpinan walikota tidak ada realisasi nyata atasi banjir.
Dana APBD mengambang tanpa ada kejelasan dan hingga detik ini banjir masih nongkrong dengan mulus di kota Madani. Singkatnya. ***