Pekanbaru.wartaoke.net
Wakili Kapolda Riau, Wakapolda Riau Brigjen Pol Drs Tabana Bangun, M.S.I., mengikuti Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Toleransi Lintas Agama dengan Tema Toleransi Beregama di Tengah Keberagaman, Tolak Intoleran dan Radikalisme serta Deklarasi bersama Kedamaian untuk Riau, Kamis (24/12/2020) di Ballroom Hotel Ayola Tampan Kota Pekanbaru.
Hadir dalam acara tersebut, Wakapolda Riau Brigjen. Pol. Drs Tabana Bangun M.S.I, Dosen UIN D.R. Junaidi Lubis, MAG, Syaukani Al Kharim dari kalangan Budayawan, Ketua GMKI Junelka Lisendra Padang, Sekjen PMKRI Erika Yulviani Saragih, Ketua GMNI Pekanbaru Wanzul Fazli Intizam, Ketua Komisariat UIN Riau Muhammad Fauzi serta 20 peserta dialog.
Diawali dengan kata sambutan panitia, mengatakan keberagaman dan perbedaan di antara masyarakat Indonesia adalah suatu kesatuan untuk membentuk Indonesia yang lebih maju, dengan adanya forum dialog ini, dapat membuka wawasan untuk membangun Provinsi Riau yang lebih baik.
Terkait hal itu, akademis UIN D.R. Junaidi Lubis, MAG, mengatakan toleransi, keberagaman, radikalisme adalah istilah yang sering dipakai saat ini.
Dikatakannya, berbicara Perfektif keagaaman, umat muslim dicipkatan bagaimana untuk bisa membuat tuhan atau allah senang.
“Dalam hubungan kita sesama kita sebagai makhluk harus dapat menjaga ketentraman, ini sesuai dengan Pancasila,” ucap dosen UIN D.R. Junaidi Lubis, MAG.
Wakapolda Riau Brigjen. Pol. Drs Tabana Bangun, M.S.I, mengatakan Kepolisian Daearah Riau, berharap forum ini dapat membangun gagasan dan pemikiran yang bisa membangun provinsi Riau yang lebih maju.
Ia menyebutkan Riau merupakan daerah yang sangat memiliki potensi untuk memberikan makna positif bagi daerah daerah lain, suatu kebahagiaan dan kebanggaan bagi masyarakat yang bisa hidup di Provinsi Riau.
Menurutnya, kerukunan adalah, suatu kondisi aman tentram damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apalagi jumlah pemeluk agama yang ada di Indonesia cukup banyak, termasuk pemeluk agama Islam di Riau termasuk besar, dengan keberagaman agama yang ada di riau semua berharap dapat membangun kerukunan.
“Kita berbangsa dan bernegara tentunya harus tetap berlantaskan kepada pancasila. Semua pihak menyikapi bahwa pancasila sebagai ideologi harus tetap di pertahankan. Sedangkan komunisme masih menjadi bahaya laten bagi bangsa Indonesia, sehingga perlu untuk dijadikan sebagai musuh bersama,” ujar Wakapolda Riau.
Lantaran itu lanjut Jenderal Bintang Satu itu, melalui forum tersebut, dirinya mendorong membangkitkan masyarakat riau untuk Pro aktif membela kebenaran yang ada.
Apalagi radikalisme perlu diwasdai, karena dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya perselisihan diantara komponen bangsa yang dapat merusak sendi sendi kehidupan bersama.
“Radikalisme muncul karena ketidaktahuan akan ajaran agama. Radikalisme muncul, karena semangat berlebihan dalam mengamalkan ajaran agama,” ungkapnya.
Dalam rangka untuk mencegah hal tersebut sambung Wakapolda Riau, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah membentuk Forum Solidaritas, Memberi fasilitas kepada Badan musyawarah dan Pembinaan jaringan kerja sama antara umat beragama.
“Kesimpulannya, untuk mencipkan negara indonesia khususnya Provinsi Riau terbebas dari cengkraman radikalisme, seluruh elemen umat beragama harus bersinergi,” ajak Wakapolda Riau.
Sementara itu, Syaukani Al Kharim selaku Budayawan Riau, menyebutkan munculnya kelompok radikalisme dimulai dengan narasi yang buruk, dan hal ini dapat diketahui dalam menyalagunakan media sosial. Apabila narasi yang digunakan narasi yang membangun dan narasi yang bagus tidak akan menjadi masalah, namun justu yang tidak baik banyak dimanfaatkan pengguna medsos selama ini.
“Dengan adanya forum ini, agar forum ini dapat mengeluarkan suara yang baik untuk melahirkan generasi muda yang dapat membangun. Saya sangat merisaukan narasi yang banyak muncul di media sosial, narasi ini yang dapat merusak pembangunan negara,” ujarnya.
Menurutnya, secara budaya Indonesia tidak ada masalah, yang menjadi masalah ialah adanya sekelompok orang yang ingin mengambil kekuasaan dengan cara yang ilegal dan tidak ada pekembangan pembangunan dilakukan tanpa dialog.
“Kebudayaan menjadikan dialog sebagian instrumen. Tentu kita semua berharap kelompok cipayung menjadi motor untuk beridiri paling depan dalam pembangunan Riau,” pungkasnya.
Usai acara dialog dilakukan, tidak lama kemudian para peserta yang hadir melakukan aksi Deklarasi Toleransi secara bersama dengan para hadirin yang hadir saat itu.
Adapun isi Deklarasi Tolerasi tersebut :
1. Menolak Rasisme dan menolak Intoleransi yang dapat Memecah sesama anak Bangsa
2. Membangun dan Memperkuat Toleransi antar Agama, Suku, Ras dan Etnis dalam Rangka Mengamalkan nilai nilai Pancasila sebagai Falsafah hidup Beragama
3. Menolak segala bentuk kekerasan dan Tindakan Radikalisme atas nama Agama
4. Mendukung Aparat Pemegak Hukum dalam hal ini Polda Riau untuk menindak segala bentuk usaha – usaha dalam rangka mengganggu kesatuan dan persatuan di Negara Indonesia, terkhusus Wilayah Provinsi Riau.
Pantauan, acara dialog kebangsaan dan deklarasi toleransi lintas agama tersebut berlangsung lancar, aman dan tetap memperhatikan protokol kesehatan hingga berakhir pukul 12.00 WIB siang yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB pagi.***
Editor : Josua Nababan