Rapid test ada dua: rapid antigen dan rapid test antibodi. Antibodi adalah kekebalan khusus terhadap mikroorganisme (virus, bakteri) yang sudah terbentuk dan terdeteksi di dalam darah yang dikenal dengan nama imunoglobulin (Ig).
Sedang Ig itu ada dua: IgM dan IgG. Perbedaannya, IgM (mula) terbentuk sebagai respons awal terhadap mikroorganisme. Dalam perjalanan waktu, IgM akan menurun dan digantikan oleh IgG (imunoglobulin lanjutan yang akan bertahan beberapa bulan). Malahan, kalau diberi suntikan booster, IgG ini akan bertahan bertahun-tahun.
Sedangkan antigen adalah bagian dari tubuh kuman. Swab antigen berarti pemeriksaan apus hidung untuk mencari bagian-bagian tubuh kuman, termasuk virus. Sedangkan Swab PCR adalah pemeriksaan apus hidung untuk mendeteksi DNA virus Covid-19.
Virus corona pada dasarnya ada 4 genus: alfacorona, betacorona, gamma corona, dan deltacorona. Tiap-tiap genus memiliki ciri DNA yang berbeda. Tidak ada DNA yang sama, walau satu genus corona.
Apa kelemahan rapid antibodi? Rapid ini bisa reaktif bila ada imunoglobulin terhadap genus korona yang tidak spesifik. Jadi bisa alfa, beta, delta, atau gamma. Sedangkan Covid-19 disebabkan oleh betacorona. Maka, rapid antibodi tidak bisa dijadikan acuan diagnosis Covid-19.
Begitu pula dengan swab antigen. Hasilnya akan positif bila tertangkap materi tubuh dari korona mana pun dan tidak bersifat spesifik untuk Covid-19 (beta corona). Pemeriksaan ini juga tidak bisa dijadikan dasar diagnosis.
Hanya Swab PCR yang menjadi dasar diagnosis Covid-19 karena memeriksa adakah DNA Betacorona atau tidak. Dalam Swab PCR ditentukan Cyclle Threshold (CT). Artinya, pada putaran keberapa DNA virus mulai terdeteksi. Semakin sedikit putaran yang sudah terdeteksi virus covid, berarti nilai CT rendah. CT rendah menunjukkan jumlah virus yang banyak. Semakin banyak putaran baru terdeksi DNA covid berarti CT besar ini menunjukan jumlah virus sedikit. CT yang kurang 40 dinyatakan positif.
Seandainya hasil rapid antibodi dan PCR benar-benar dilakukan pada penderita Covid-19, maka akan diintepretasikan sebagai berikut:
Kondisi 1: PCR Swab Positif dan Rapid Negatif. Ini terjadi pada pasen yang baru masuk, virus terhirup ke lubang hidung atau mulut dan belum terbentuk Ig kekebalan, sehingga rapid tes negative.
Kondisi 2: PCR Swab Positif dan Rapid Positif. Ini terjadi pada pasien yang sedang mengalami infeksi akut covid dan sangat menularkan. Di hidung positif dan kekebalan sudah terbentuk.
Kondisi 3: PCR Swab Negatif dan Rapid Positif. Ini terjadi pada pasien masa penyembuhan. Virus di hidung dan tubuh sudah hilang, tapi kekebalan masih terbentuk.
Darah yang mengandung kekebalan inilah yang disebut Plasma. Terapi Plasma berarti memasukkan darah plasma yang sudah mengandung kekebalan terhadap Covid-19. Ini sangat efektif sebagai obat. Semacam ATS Antitetanus Serum untuk kuman tetanus atau Sabu, serum bisa ular untuk racun ular. ***/berbagai sumber/G-1
Editor : Josua Nababan