Wartaoke.net – Jalur darat menjadi salah satu moda transportasi yang banyak dipilih oleh para pemudik, tak terkecuali para ibu hamil. Dengan jarak tempuh yang rata-rata cukup jauh dan lama, dalam kondisi apa seorang ibu hamil boleh ikut mudik?
Menjawab pertanyaan tersebut, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, dr Bambang Widodo, SpOG(K), MARS, pada prinsipnya baik ibu hamil atau tidak, tidak ada larangan bepergian namun bagaimana mengukur diri sendiri. Apakah ada masalah kesehatan, mana yang jadi prioritas dan mana yang paling baik.
“Misalnya gini, udah hamil delapan bulan setengah, bentar lagi sembilan bulan, (mudik) naik motor dari Jakarta ke Surabaya. Wah itu kan pasti mbrojol di jalan, kan repot sendiri. Prinsipnya tidak ada larangan. Misal hamil ada flek-flek, ya masa mau nekat. Kontraksi terus menerus itu kan berisiko, stres fisik dan psikis itu juga memperberat dan mempercepat kontraksi,” jelas Bambang di Gedung Kemenkes.
Ibu hamil memang memiliki kondisi yang rentan, maka dari itu Bambang mengatakan para suami dan istri harus bijak memilih mana yang terbaik. Karena semua pilihan memiliki konsekuensi dan risiko sendiri maka harus bisa dikelola masing-masing.
Jika ibu hamil dalam keadaan sehat dan merasa cukup mampu untuk ikut mudik, spesialis gizi klinis dari RS Pondok Indah dr Juwalita Surapsari, MGizi, SpGK menyarankan untuk membawa bekal misalnya makanan ringan yang mengandung gula tapi disertai serat seperti kurma untuk mencegah hipoglikemia atau turunnya kadar gula darah secara drastis.
Selain itu, ada baiknya melakukan perjalanan mudik dengan santai, sering beristirahat dapat membuat tubuh tidak terlalu kaku karena darah tidak mengalir dengan baik.
“Setiap dua tiga jam berhenti untuk berdiri, lurusin kaki biar pembuluh darah naik. Itu wajib, 5 menit saja,” katanya beberapa waktu lalu.
Menjelang mudik Lebaran tahun 2019 ini, Kemenkes menyiapkan 6.047 fasilitas layanan kesehatan, lebih banyak dari tahun lalu yang berjumlah 3.910 fasyankes. Fasyankes ini terdiri dari 923 pos kesehatan, 4.210 puskesmas, 375 RS sekitar jalur pantura, 144 RS rujukan, 207 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan 188 Public Safety Cenyer (PSC) 119 yang akan aktif H-7 lebaran hingga H+7 lebaran. (Lis)